Tuesday, March 24, 2015

Teori Sosiometri Moreno

Menurut Moreno sebagaimana yang dikutip oleh J.F. McDonald dalam bukunya yang berjudul Educational Psychologi bahwa “sociometric measurement techniques a number of simple techniques are available 
for making gross measurement of the social structure of a class. These are called sociometric devices because they measure the social structure of group” Maksud dari pengertian sosiometri diatas, bahwa sosimetri merupakan suatu teknik untuk membuat pengukuran kasar pada struktur hubungan sosial siswa dalam kelas. Disebut sosiometri karena teknik ini mengukur struktur hubungan sosial dalam suatu kelompok.

Sedang menurut Charles E. Skinner yang penulis kutip dalam bukunya yang berjudul Essentials of Educational Psychology, dijelaskan bahwa “Sosiometric test are methods for revealing actual natural groupings and for diagnosing personal associating pattern or children or adult”26. Maksud dari pengertian di atas adalah sosiometri merupakan suatu metode untuk menggambarkan, menjelaskankemampuan seseorang dalam menyesuaikan dirinya dalam suatu kelompok dan untuk mengetahui hubungan antar personal anak atau remaja. 

Dalam bukunya Wayan Nurkacana yang berjudul Pemahaman Individu, beliau juga menjelaskan bahwa sosiometri adalah metode untuk mengumpulkan data tentang pola dan struktur hubungan antara individu-individu dalam suatu kelompok. Jadi dari pendapat para tokoh mengenai sosiometri diatas dapat 
di pahami bahwa secara konsep sosiometri merupakan teknik untuk menggali data informasi mengenai perilaku hubungan sosial seseorang dalam suatu kelompok pergaulan. Dengan teknik ini akan dapat 
diketahui bagaimana pola dan struktur hubungan perilaku sosial seseorang dalam pergaulannya dengan kelompoknya.


Teori A-b-x newcomb, H.Syaiful Rohim, M. Si . judul buku "TEORI KOMUNIKASI"perspektif, ragam & aplikasi

Teori A-B-X dari Newcomb memperluas teori hubungan intra-pribadi dari Heider sampai pada interaksi yang terjadi antara anggota dari kelompok yang hanya terdiri dari 2 orang anggota. Orang individu yang berinteraksi dan X sebagai objek pembicaraan (komunikasi). Menurut Newcomb, tingkah laku komunikasi terbuka antara A dan B dapat diterangkan melalui kebutuhan mereka untuk mencapai keseimbangan atau keadaan simetris antara satu sama lain dan juga terhadap X. Komunikasi terjadi karena A harus berorientasi pada B, pada X dan orientasi B pada X. Untuk mencari keadaan yang simetris, A berusaha untuk melengkapi dirinya dengan informasi tentang orientasi B terhadap X dan ini dapat dilakukan interaksi.

Oleh karena itu keseimbangan atau keadaan simetris perlu dicari, A mungkin terdorong untuk mempengaruhi atau mengubah orientasi B terhadap X, jika A menemukan keadaan yang tidak seimbang diantara mereka. B dengan sendirinya juga akan mempunyai dorongan yang sama terhadap orientasi A. Besarnya pengaruh yang akan ditanamkan oleh A dan B terhadap satu sama lain, serta kemungkinan usaha masing-masing dalam meningkatkan keadaan simetris melalui tindakan komunikasi akan meningkatkan pada saat daya tarik (“L” dari Heider menunjukkan “daya tarik”), dan insensitas sikap terhadap X meningkat (Goldberg dan Larson,1985:51)

Contoh kasus
A : Anto          : pelajar yang gemar maen game
B : Budi           : pelajar yang gemar jalan-jalan
X : tugas kelompok

Anto dan Budi adalah teman sekelas, mereka satu kelompok mendapat tugas dari guru sekolahnya yang harus diselesaikan minggu ini. Kebetulan minggu ini Budi akan mengadakan acara jalan bareng bersama keluarga besarnya , sedangkan Anto setiap pulang sekolah ia selalu bermain game kesukaannya.
Anto mengetahui kalau Budi yang gemar jalan-jalan, tetapi ia tidak mau tugas dari gurunya tidak dikerjakan. Akhirnya Anto berdiskusi dengan Budi , kapan waktu yang tepat untuk menyelesaikan tugas tanpa harus mengganggu acara masing-masing karena Budi pun tidak ingin mendapatkan nilai jelek. Maka Budi membujuk agar Anto serius mengerjakan dan menyelesaikan tugas dan tidak terburu-buru pulang untuk bermain game.

Teori Pertukaran Sosial (George Homans, 1961, Social Behavior : Its Form Elementary)

Homans merupakan tokoh psikologi sosial. Teori pertukaran sosial yang dibangun oleh Homans ini tidak terlepas pemikirannya dari B.F Skinner seorang tokoh Behavioris Psikologis, ia sangat tertarik dengan proposisi yang coba di bangun oleh Skinner. Di mana Skinner menggambarkan bentuk interaksi dengan mencontohkan burung merpati. Dan Homans juga menghubungkan ini dengan sebuah fakta sosial yang pernah ia dapatkan pada saat melakukan studi tentang sosiologi kelompok kecil

Di dalam buku Homans ia ingin melihat pola pemicu tindakan terjadinya interaksi (pertukaran) antaraktor hingga menghasilkan sebuah imbalan (dorongan), seperti apa sejarah Imbalan, dan kenapa manusia bekerja. karena Homans, menganggap "Orang terus melakukan hal-hal yang mereka anggap memberikan imbalan di masa lalu, begitu pun sebaliknya orang akan meninggalkan kebiasaan-kebiasaannya ketika hal itu dianggap tidak menghasilkan apa-apa buat dirinya"

Teori pertukaran sosial menjelaskan keberadaan  dan  ketahanan kelompok sosial, termasuk keluarga melaiui  bantuan selfinterest dari  individu anggotanya. Fokus sentral  teori adalah  motivasi  (hal  yang mendorong seseorang  untuk  melakukan  sesuatu  kegiatan),  yang berasal  dari keinginan diri sendiri.  Teori  ini  didasari paham  utilitarianisme  (individu)  dalam menentukan  pilihan  secara  rasional  menimbang antara  imbalan  (rewards) , yang  akan diperoleh,  dan  biaya  (cost)  yang harus  dikeluarkan.  Para  sosiolog penganut  teori  ini berpendapat  bahwa  seseorang  akan berinteraksi dengan pihak  lain  jika  dianggapnya rnenghasilkan  keuntungan  (selisih  antara imbalan  yang  diterima dengan  biaya  yang dikeluarkan)

A Theory of Cognitive Dissonance, Leon Festinger

Sebagai salah satu teori yang “terkenal” di bidang psikologi sosial, teori disonansi kognitif ( Theory of Cognitive Dissonance) digunakan untuk berusaha mengerti dan menjelaskan fenomena yang luas tetapi teori ini berbeda dari teori-teori yang lain karena ciri yang berikut ini:
  1. Teori ini bertujuan untuk menjelaskan tingkah laku kognitif yang secara umum dan bukan teori dari tingkah laku sosial
  2. Teori ini memengaruhi penelitian pada psikologi sosial dengan lebih “dramatis” daripada teori-teori lainnya. Hal ini mungkin disebabkan karena kepandaian Festinger dalam memformulasikan hipotesis daripada karena karakteristik dari teori itu sendiri.
Dasar teori ketidaksesuaian kognisi sangat sederhana yaitu :
  1. Mungkin ada hubungan yang “tidak sesuai” antara elemen kognisi yang menyebabkan ketidaksesuaian kognisi.
  2. Ketidaksesuaian kognisi menghasilkan tekanan untuk mengurangi ketidaksesuaian dan untuk menghindari perkembangannya.
  3. Akibat dari tekanan tersebut diwujudkan dengan mengadakan perubahan dalam kognisi, perubahan tingkah laku danmenyeleksi serta opini baru.
Bagaimanapun masalahyang berhubungan dengan jenis dari hubungan yang “tidak sesuai”, jenis dari ketidaksesuaian dan cara mereduksi ketidaksesuaian adalah masalah yang kompleks.

Menyadari bahwa istilah ‘consistency’ dan ‘inconsistency’ mempunyai konotasi yang tidak diinginkan, Festinger menggantinya dengan istilah ‘consonance’ (sesuai) dan ‘dissonance’  (ketidaksesuaian). Istilah tersebut telah digunakan untuk menunjukkan hubungan yang ada antara pasangan-pasangan elemen. Elemen-elemen didefinisikan sebagai kognisi, di mana istilah kognisi itu mengacu pada pengetahuan, opini , kepercayaan dan peradaan tentang diri dan lingkungan seseorang. Jadi, elemen adalah pengetahuan yang dimiliki seseorang tentang dunia psikologisnya.
Dalam perspektif komunikasi teori Festinger ini nampak pada gagasan bahwa pelaku komunikasi memiliki beragam elemen kognitif, seperti sikap, persepsi, pengetahuan dan perilaku. Elemen elemen tersebut tidak terpisahkan, tetapi saling menghubungkan satu sama lain dalam sebuah sistem serta setiap elemen dari sistem tersebut akan memiliki satu dari tiga macam hubungan dengan setiap elemen dari sistem lainnya. Jenis hubungan yangpertama adalah kosong atau tidak berhubungan: tidak ada elemen yang benar-benar memengaruhi elemen yang lain. Jenis hubungan yang kedua adalah cocok atau sesuai, dengan salahsatu elemen yang menguatkan atau mendukung elemen yang lain. Jenis hubungan yang ketiga adalah tidak cocok atau disonansi. Ketidaksesuaian terjadi ketika salah satu elemen tidak dapat diharapkan  untuk mengikuti yang lain. Percaya bahwa lemak jenuh berbahaya bagi kesehatan anda tidak sesuai dengan memakan daging merah dalam jumlah yang banyak. Namun, apa yang sesuai atau tidak sesuai untuk seseorang bisa saja terjadi pada orang  lain, sehingga pertanyaannya adalah apa yang sesuai atau tidak sesuai  dalam  sistem psikologis seseorang. Sebagai contoh, Anda mungkin berpikir bahwa daging memberikan protein yang berharga yang menghilangkan pengaruh-pengaruh berbahaya dari lemak dalam daging.

Festinger menggambarkan beberapa metode untuk menghadapi disonansi kognitif. Pertama, anda dapat mengubah salah satu atau beberapa elemen kogntitif – mungkin sebuah perilaku atau sikap. Sebagai contoh, anda bisa menjadi seorang vegetarian atau setidaknya berhenti mengonsumsi daging setiap hari atau anda dapat mulai yakin bahwa lemak tidak lebih penting dibandingkan genetis, untuk mengubah disonansi antara mengonsumi daging dan kegemukan. Kedua, elemen-elemen baru dapat ditambahkan pada salah satu sisi tekanan atau pada sisi yang lain. Misalnya, anda dapat beralih untuk menggunakan minyak zaitun. Ketiga, anda mungkin dapat melihat bahwa elemen-elemen yang tidak sesuai sebenarnya tidak sepenting biasanya. Sebagai contoh, anda dapat  memutuskan bahwa apa saja yang anda makan tidak sepenting pandangan anda mengenai hidup sehat.  Keempat, anda dapat melihat informasi yang sesuai, seperti bukti manfaat daging, dengan membaca kajian-kajian terbaru mengenai topik tersebut.  Akhirnya , anda dapat mengurangi disonansi dengan mengubah atau menafsirkan informasi yang ada dengan cara yang berbeda.  Hal ini dapat terjadi jika anda memutuskan bahwa walaupun banyak daging memberikan resiko kesehatan, daging tidak begitu berbahaya dibanding kan kehilangan bahan-bahan nutrisi yang penting, seperti zat besi dan protein.

Disonansi dan  komunikasi persuasi

Orang yang mengalami disonansi akan berupaya mencari dalih untuk mengurangi disonansinya itu. Pada umumnya orang berperilaku ajeg atau konsisten dengan apa yang diketahuinya. Tetapi kenyataannya menunjukkan bahwa sering pula seseorang berperilaku tidak konsisten seperti itu.

Jika seseorang mempunyai informasi atau opini yang tidak menuju ke arah menjadi perilaku, maka informasi atau opini itu akan menimbulkan disonansi perilaku. Apabila disonansi tersebut terjadi, maka orang akan berupaya mengurangi dengan jalan mengubah perilakunya, kepercayaannya atau opininya.

Untuk memperjelas teorinya itu, Festinger memberikan contoh bagaimana mengurangi disonansi. Banyak orang yang percaya akan adanya orang yang membersihkan giginya tiga kali sehari. Tetapi banyak pula orang yang mungkin paling banyak yang percaya akan adanya orang tidak menggosok gigi sesering itu. Jadi disonansi terjadi antara kepercayaan dan perilakunya. Orang-orang seperti itu akan mudah dipengaruhi oleh komunikasi yang menyatakan bahwa sungguh-sungguh berbahaya jika menggosok gigi terlalu sering, atau oleh komunikasi yang menyatakan bahwa sebuah merk pasta gigi sedemikian tinggi mutunya sehingga bila ‘orang menggunakannya cukup satu kali saja’
Jadi kedua jenis komunikasi itu diterima dan dipercaya, maka pengurangan disonansi terjadi. Tetapi sebaliknya, kalau ada seseorang yang berupaya mempersuasi orang lain dengan menyatakan bahwa sebenarnya demi kesehatan gigi hendaknya digosok lima kali sehari, maka komunikasi seperti itu akan ditentangnya, dalam arti kata orang itu tidak dapat dipengaruhinya. Jelaslah bahwa jika orang itu menerima komunikasi tersebut akan meningkatkan disonansi antara kepercayaan dengan perilaku.

Jadi komunikasi persuasif akan sangat efektif, apabila mengurangi disonansi, dan tidak efektif jika meningkatkan disonansi.